Follow me on Twitter RSS FEED

Derai Derai Cemara (Cipt.Chairil Anwar)

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949

6 komentar:

Unknown said...

Yang saya tau derai2 cemara cuma 3 bait dan cuma sampai 'sebelum pada akhirnya kita menyerah'. Kok disini begitu panjang sajaknya? Saya curiga ada tambahan sajak yang dibuat2, jika benar itu sangat tidak etis dan tidak dibenarkan. Sajak chairil yang yang luar biasa tidak bisa seenaknya saja ditambah2 dan dibuat2 amanatnya. Saya kira akhir sajak di atas sengaja ditambah2 sajak berbau reliji agar terkesan chairil relijius islami, padahal sangat bertolak belakang dgn chairil yg saya tahu. Jadi tolong dikoreksi, jgn sampai jadi salah paham karena bisa berakibat fatal. Trims

Unknown said...

Terima kasih atas kritik yang diberikan dan sudah saya koreksi ulang. Trims :)

audia said...

Saya bukan penulisnya, tapi di buku "Aku Ini Binatang Jalang", versinya seperti ini. Bisa dibilang ini versi lengkapnya. Ini sajak yang ditulis Chairil pada tahun kematiannya.

audia said...

Mohon maaf Mas, saya nggak teliti bacanya. Ini sepertinya sudah diubah dan sama kayak yang dibilang Mas. Mohon maaf :(

Abraham Wibowo said...

Pada dasarnya.. Ada versi2 berbeda dan penulisnya yang berbeda pula, dari versi Kerikil Tajam dan Deru Campur Debu, jadi memang sang pengurus blog tidak salah, dan jika memang berbau reliji.. Apakah wajar di tengah-tengah hari yang menyakitkan terbaring di rumah sakit tidak mendekatkan kepada tuhan? Semua bisa terjadi di dalam sastra dan penulisan

Abraham Wibowo said...

Dalam Sastra, perbedaan tafsir itu wajar..

Post a Comment